Your Privacy

Changemaker Library uses cookies to provide enhanced features, and analyze performance. By clicking "Accept", you agree to setting these cookies as outlined in the Cookie Policy. Clicking "Decline" may cause parts of this site to not function as expected.

Luh Ketut Suryani
IndonesiaAshoka Fellow sejak 2010

Luh Ketut Suryani, salah satu dari 700 psikiater Indonesia, mengubah bidang kesehatan mental untuk mengatasi gangguan kesehatan mental yang terus meningkat di negara ini. Menggunakan pendekatan yang menggabungkan metode penyembuhan tradisional dengan psikologi modern, Suryani menyediakan pilihan pengobatan hemat biaya yang tersedia untuk semua sektor masyarakat.

#Kesehatan#Penyedia layanan kesehatan#Obat#Kesehatan#Psikiatri#Gangguan jiwa#Sabar#Kesehatan

Orang

Suryani lahir di Singaraja, Bali pada tahun 1944 dan dibesarkan di lingkungan sederhana dengan enam orang anak. Ayahnya adalah seorang perawat dan bagian integral dari perjuangan Indonesia melawan Belanda. Ibu Suryani adalah seorang pengusaha wanita sukses yang menopang keuangan keluarga. Dimotivasi oleh keinginan yang kuat untuk merawat ibunya yang masih muda dan sakit, Suryani belajar meditasi ketika dia baru berusia 14 tahun. Meskipun banyak dari anggota keluarganya yang awalnya meragukan kemampuannya, mereka secara mengejutkan diyakinkan untuk melihat ibunya disembuhkan. Suryani kemudian mulai merawat orang sakit di komunitasnya melalui meditasi. Setelah lulus SMA, Suryani belajar kedokteran di Universitas Udayana di Bali, dengan spesialisasi psikiatri. Pada tahun 1982, dia menerima gelarnya sebagai psikiater — sebuah profesi yang dia pilih karena rasa ingin tahu untuk memahami asuhannya dan pengaruhnya terhadap kepribadiannya saat ini. Pada 1988 Suryani meraih gelar Ph.D. dari Universitas Airlangga, Surabaya. Saat bekerja sebagai kepala psikiater di Universitas Udayana di Bali, Suryani memperkenalkan prosedur operasional standar yang lebih efisien untuk menangani pasien sakit jiwa. Prosedur mengurangi pengobatan dari satu bulan menjadi enam hari di rumah sakit residensi. Meskipun prosedur tersebut awalnya diterima dan menghasilkan banyak penyesuaian, kepala staf rumah sakit akhirnya menolaknya dan menghentikan penggunaannya. Melalui praktik akademis dan klinisnya, Suryani telah gigih dalam upayanya untuk menjembatani spiritualitas pribumi dengan psikiatri dan psikologi Barat. Meski banyak yang mengkritik temuannya, pendekatan Suryani secara luas dianggap sebagai terobosan di bidang psikiatri. Untuk lebih mengembangkan bidang ini, Suryani pensiun dari posisinya sebagai Kepala Psikiater di Universitas Udayana dan sekarang mendedikasikan seluruh waktunya untuk memimpin Institut Kesehatan Mental Suryani dan Komite Anti Pelecehan Seksual.

Ide Baru

Selama dua dekade terakhir, Suryani telah menyebarkan perawatan kesehatan mental di seluruh Indonesia dengan tidak hanya membuatnya lebih mudah diakses oleh warga negara, tetapi juga dengan mendefinisikan ulang dan memperluas definisi "penyedia perawatan kesehatan mental." Berdasarkan premis sederhana bahwa setiap orang bisa menjadi penyembuh diri, Suryani telah melibatkan banyak kelompok, termasuk guru, perempuan, anak-anak, relawan, lansia, dan petugas kesehatan, dan telah mengajari mereka cara mengatasi masalah kejiwaan. Mungkin yang paling menonjol, dia telah berhasil mulai bermitra dengan penyembuh tradisional dengan psikiater modern untuk memberikan pengalaman holistik yang mencakup pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi berbasis komunitas. Melalui organisasi Suryani, Suryani Institute for Mental Health, dan Committee Against Sex Abuse, dia telah mengembangkan dan memperluas sejumlah inisiatif yang dirancang untuk merawat pasien. Dengan menggunakan metode inovatifnya, yang ia ciptakan sebagai pendekatan "biopyschospirit-sociocultural" untuk psikiatri, upaya Suryani menggabungkan meditasi dan spiritualisme dengan alat dan praktik psikologis modern. Pemerintah daerah telah mengadopsi dan mereplikasi banyak metode Suryani.

Masalah

Jumlah kasus kejiwaan yang dilaporkan di Indonesia belakangan ini mengalami peningkatan tajam. Banyak penelitian memperkirakan bahwa lebih dari 1 juta orang berusia antara 15 hingga 34 tahun melakukan bunuh diri setiap tahun, yang merupakan satu kali bunuh diri setiap 40 detik. Sebuah studi tahun 2007 melaporkan bahwa tingkat gangguan mental berkisar sekitar 11,6 persen yang mengkhawatirkan secara nasional. Warga yang menderita gangguan kesehatan mental sering kali membawa stigma yang sangat besar dan menjadi sasaran diskriminasi dan pengucilan sosial. Karena tingkat perawatan yang diperlukan, banyak keluarga secara fisik menahan pasien menggunakan rantai, tali, sangkar, atau ruang terbatas lainnya. Praktik kejiwaan di Indonesia secara tradisional berpusat pada perawatan farmasi, daripada konseling dan terapi. Namun, banyak keluarga tidak mampu membeli obat yang terbatas dan mahal sekalipun. Meskipun dukun tradisional memberikan solusi yang potensial, mereka belum menjadi bagian dari layanan kesehatan mental formal. Terlepas dari banyaknya tantangan seputar kesehatan mental di Indonesia, penyedia layanan kesehatan primer masih gagal memprioritaskan masalah tersebut. Beberapa dokter hanya kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menawarkan pengobatan yang efektif. Akibatnya, kesadaran pasien tentang gangguan kesehatan mental terbatas dan menganggapnya tidak dapat dicegah dan disembuhkan.

Strateginya

Strategi Suryani untuk memperluas layanan kesehatan mental di seluruh Indonesia bergantung pada pendekatan berlapis. Di satu sisi, upayanya bertujuan untuk menyatukan kembali tabib tradisional dan bermitra dengan 700 psikiater yang bekerja di Indonesia. Di sisi lain, warga perlu menerima kesehatan mental sebagai bagian integral dari budaya dan kepedulian lokal. Suryani baru-baru ini mengembangkan sistem rujukan antara tabib tradisional dan psikiater modern, sehingga pasien mendapatkan pengalaman holistik. Sebagai dukun tradisional, Suryani memahami peran penting yang dimainkan dukun, karena mereka sering kali menjadi dukungan tingkat pertama yang dicari pasien. Dia sangat percaya bahwa penyembuh tradisional adalah bagian penting untuk memastikan perawatan dan rujukan tepat waktu; Akibatnya, Suryani saat ini bekerja dengan para pemimpin agama untuk melibatkan dan mengintegrasikan lebih banyak dukun tradisional. Untuk meningkatkan permintaan akan layanan kesehatan mental dan memastikan bahwa gangguan menjadi kurang stigma, fokus Suryani mencakup layanan yang terutama berlaku untuk perjuangan sehari-hari warga. Dia menargetkan kelompok yang menderita masalah yang menyertai persalinan dan perawatan pranatal, pelecehan anak, penuaan, depresi, serta pendidikan. Suryani telah mengembangkan banyak inisiatif untuk memerangi masing-masing. Dalam upayanya membantu para lansia dan menjaga kesehatan mentalnya, Suryani — sejak 1988 — berupaya membuat para lansia lebih aktif secara sosial. Senior membentuk kelompok sosial kolaboratif, di mana mereka mengelola aktivitas, bertukar informasi, dan belajar dari satu sama lain. Suryani selanjutnya menghubungkan kelompok tersebut dengan dokter dan apotek untuk membentuk kemitraan yang menawarkan layanan dengan potongan harga. Lebih dari 6.000 lansia telah bergabung dengan kelompok serupa di seluruh Bali. Di saat yang sama, Suryani telah mengembangkan sejumlah inisiatif untuk merawat anak. Ketika pedofilia menjadi lebih umum pada 1990-an, misalnya, Suryani mengembangkan terapi yang dibantu hipnosis spiritual untuk mengobati gangguan stres pascatrauma yang terjadi. Pada tahun 2002, ia mendirikan Komite Melawan Pelecehan Seks, sebuah organisasi warga yang dirancang untuk memberikan perawatan dan rehabilitasi kepada anak-anak serta perlindungan dari para pelanggar seks. Panitia terdiri dari anggota polisi, relawan, ekspatriat, dan konsulat. Untuk memberikan perawatan pencegahan, Suryani bekerja dengan lebih dari 5.000 guru sekolah dasar untuk menawarkan pelatihan perkembangan anak. Pada tahun 2010, Suryani bermitra dengan Sekolah Ilmu Kesehatan Indonesia dan mulai mengajar siswanya tentang metode hipno-melahirkan yang inovatif — pengalaman perawatan pranatal yang menggabungkan meditasi dan relaksasi untuk ibu hamil dalam upaya memastikan bahwa janin dikelilingi oleh perasaan damai, cinta , dan kebahagiaan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa proses melahirkan membentuk dasar dari kepribadian dan kemampuan anak untuk mengatasi stres. Suryani dan Sekolah Ilmu Kesehatan bermitra lebih lanjut dengan Rumah Sakit Manuaba untuk menerapkan sistem dalam praktiknya. Melalui organisasinya, Suryani Institute for Mental Health, Suryani telah memelopori perawatan kesehatan mental berbasis komunitas dan terjangkau untuk orang sakit mental, terutama bagi mereka yang telah dirantai, dikurung, atau dipenjara selama beberapa tahun. Organisasinya tidak hanya memberikan layanan kesehatan mental yang lebih efektif, tetapi juga menjadi alternatif dari sistem kesehatan mental yang tidak efisien dan korup yang ditawarkan oleh pemerintah. Selanjutnya, program tersebut memobilisasi keluarga, komunitas, dan dokter lokal; memulihkan lebih dari 300 pasien setiap tahun. Spiritualisme, meditasi, dan penerimaan adalah semua praktik yang dianut oleh program ini. Dalam upaya mengurangi jumlah kasus bunuh diri dan mengobati penderita depresi, Suryani mendirikan pusat krisis di Kabupaten Karangasem dan Buleleng. Memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah bersama dengan sumber dayanya sendiri, sebuah pusat mempekerjakan dan melatih psikiater, koordinator lapangan, anggota staf, dan relawan. Mereka menawarkan layanan melalui telepon serta sesi tatap muka, dan selalu menindaklanjuti intervensi dengan bertemu dengan anggota keluarga dan masyarakat. Bekerja sama dengan Persatuan Psikiater Indonesia di Bali, Suryani juga mengembangkan program seperti Memahami Dirimu dan program untuk Wanita Bali. Sesi meditasi diselenggarakan bagi anggota komunitas untuk mendorong diskusi dan berbagi pengalaman. Sesi-sesi seperti itu memungkinkan orang untuk menghadapi, membingkai ulang, dan mengatasi trauma masa lalu. Semua inisiatif Suryani secara kolektif membentuk model lengkap perawatan kesehatan mental untuk Bali. Beberapa metode inovatifnya bahkan telah menginspirasi pemerintah provinsi dan nasional untuk meniru modelnya. Misalnya, upaya Suryani telah menghasilkan pembentukan Kementerian Kesehatan yang dipimpin pemerintah dengan Posyandu Lansia (Pos Kesehatan Terpadu Lansia) dan Menteri Kesejahteraan dengan Karang Lansia (Pimpinan Masyarakat Terpadu Lansia). Suryani saat ini bekerja dengan pemerintah provinsi untuk mendirikan pusat senior yang dapat menampung komunikasi dan pemahaman lintas generasi. Dia juga bermitra dengan stasiun radio dan televisi untuk memasarkan perawatan kesehatan mental secara lebih efektif.